Dzikir bergeleng


Ketika saya masih di Indonesia, seringkali (tepatnya pernah) saya mengikuti istighosah, atau dzikiran. Saya perkirakan ada sekitar ratusan orang yang mengikuti ritual tersebut. Dari kalangan anak kecil, muda, sampai kakek nenek ada. Mereka khusyuk dan "patuh" mengikuti sang "pemimpin" yang berada di barisan depan, barisan sendiri. Apa yang "beliau" ucapkan, ditirukan oleh orang-orang di belakangnya. Apa yang "beliau" gerakan, mereka juga ikut gerak. Saya mikir, seandainya rakyat Indonesia seperti mereka-mereka, baik apa jelek ya? Hmmm....Silahkan jawab sendiri.

Ada keanehan dan kejanggalan sendiri bagi saya dalam ritual-ritual itu. Kenapa mereka selalu menggerakkan kepala sewaktu melafalkan atau mengucapkan dzikir tersebut? Kalimat tahlil "لااله الا الله" misalnya, saya perhatikan, selalu saja ada gerakan kepala, geleng-geleng lah enaknya, nyomot dari lagunya Project pop. Apa itu merupakan gerakan wajib? atau hanya sebatas seni saja?.

Bukannya saya ngeledek mereka, tapi sewaktu melihat mereka melakukan hal seperti itu, lucu. Iya, lelucon yang tak membuat saya tertawa. Tak sopan kalau saya menertawai tingkah mereka. Wallahi inta mafish adab ya 'am, kira-kira begitu. Lha orang geleng-geleng berdzikir, koq malah diketawai, malah saya yang dianggap gila nanti sama mereka.

Lambat laun saya menyadari, bahwa apa yang saya bual dan yang saya anggap lelucon itu jauh lebih bermanfaat dari pada apa yang saya lakukan selama ini. Sungguh bodoh diri ini. Kenapa tidak dari dulu saja saya tahu akan hal ini.

Beberapa hari yang lalu, saya browsing youtube, nonton salah satu acara di stasiun TV, Trans 7. BCG, Belum Cukup Gede, itu acaranya yang dipandu oleh Ruben dan Adul. Kebetulan waktu itu temanya adalah "Di goyang abang senang". Sepintas memang temanya lumayan hot, tapi memang acara ini untuk kalangan dewasa, 17 tahun ke atas kalau jaman dulu bilangnya. Yang menjadi topik pembicaraan waktu itu adalah goyangan dangdut, bintang tamunya juga dari pedangdut.

Nah, pada segmen berapa saya lupa, sang bintang tamu disuruh untuk menyanyi, tapi gak pakai joget. Menyanyi dangdut tanpa joget. Hmmmmmm...Saya membayangkannya.

Jangankan bintang tamu, saya saja yang mendengarnya merasa ada yang kurang, ada salah satu "ritual" yang hilang. Yup, joget. Ternyata bagi saya, nyanyi dangdut gak pakai joget, musy kuwais awy. Gak enak blas rek....

Pasti sering kita mendengarkan musik-musik, entah itu pop, dangdut, jazz, rock atau yang lainnya. Coba perhatikan kaki atau salah satu anggota badan kita ketika lagunya diputar, pasti ada gerakan refleksi menyesuaikan lagu. Itu sengaja atau tidak ya? Lazim inta 'aarif igaabah di, el igabah minnak.

Kembali tentang geleng-gelengnya orang berdzikir.
Orang nyanyi dangdut saja harus pakai goyang. Orang dengerin musik, salah satu anggota badan ikut bergoyang. Lha ini padahal hanya lagu saja, ritual keduniawiaan. Apalagi ritual yang berhubungan dengan Tuhan.

Mereka, para ahli dzikir, pasti juga merasakan kenikmatan berdzikirnya. Merasakan keindahan ketika mengingat Allah. Menikmati lezatnya iman, masya allah.

انما المؤمنون اللذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ءايته زادتهم ايمانا وعلي ربهم يتوكلون
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surah Al Anfaal: 2).

Ah, mereka sudah merasakan bagaimana kenikmatan menyebut nama Allah. Sedangkan saya masih begitu terlena dengan nikmatnya musik-musik dunia.
انما الحياة الدنيا لعب ولهو
Sudah jelas sekali kan? dunia ini hanyalah sebuah permainan. Namanya juga permainan, pasti ada peluit untuk mengakhiri permainannya. Ada garis finish. Artinya, dunia ini semu.

Baru menyadari akan indahnya berdzikir
الا بذكر الله تطمئن القلوب
Dengan berdzikir, mengingat Allah, hati merasa tenang.
Semoga saya bisa mengikuti jejak-jejak mereka yang sudah merasakan kenikmatan berdzikir, mengingat Yang punya diri ini. Termasuk anda juga.

1 komentar:

hahaha dzikir ko kayak dugem aja... Angguk2, gelemg2, tunduk2, ikut tunjuk..... Waduh lali lanjutan lagune aq wes suwe ra ngrungokke :D

Posting Komentar

coret di sini