Kisah eksklusif dan akhir sebuah perjalanan

Negara berkualitas adalah negara yang maju dalam hal taraf pendidikan, kenapa? Karena dalam berpendidikan kita mendapat suatu yang berharga yakni ilmu, meskipun dalam dunia non pendidikan terdapat ilmu, namun tak ada yang mengingkari bahwa dunia pendidikan adalah gudang ilmu yang harus kita kuras esensinya. Dengan ilmu kita dapat berjalan dalam kegelapan, hal ini sesuai dengan kata mutiara yang sering kita dengar ;

“أ لعلم نور”

Menyadari akan pentingnya pendidikan untuk menghadapi persaingan permainan zaman, pemerintah Indonesia sudah berupaya keras menelurkan peraturan-peraturan tentang pendidikan demi terciptanya pendidikan yang berkualitas agar tidak di pandang remeh oleh negara lain, baik peraturan yang keluar dari Diknas sebagai lembaga yang menangani pendidikan bersifat umum khususnya, maupun dari lembaga Depag yang berkompeten dalam masalah pendidikan agama.

Satu di antara keputusan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama adalah diputuskannya tentang penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus


yang berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1987. Program ini didirikan sebagai koreksi atas pendidikan Islam, terutama di bidang ilmu-ilmu agama, yang tidak dapat menghasilkan sarjana atau ulama yang memiliki kompetensi memadai. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sarjana Agama Islam yang tidak bisa membaca kitab kuning dan tidak menguasai bahasa Arab. Maka pada waktu itu, Munawir Sjadzali yang lahir di desa Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, pada 7 November 1925 sebagai Menteri Agama merasa pentingnya meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Tinggi Islam dengan menyiapkan calon in put yang berkualitas. Untuk itulah maka didirikan Madrasah Aliyah Program Khusus didesain untuk melahirkan lulusan yang disiapkan menjadi in put IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya.

Landasan hukum penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus :

Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
Keputusan Menag RI NO. 73 tahun 1987 tentang penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus

Desain kurikulum Madrasah Aliyah Program Khusus terdiri dari 70 % ilmu-ilmu keislaman dan 30 % ilmu pengetahuan umum. Program ini didesain untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki integritas keislaman dan kemampuan ilmu-ilmu keislaman yang memadai guna melanjutkan ke Perguruan Tinggi Islam baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan struktur kurikulum demikian, konsekuensinya tamatan Madrasah Aliyah Program Khusus, tidak dapat masuk ke perguruan tinggi umum, tetapi mereka adalah bibit-bibit unggul bagi IAIN. Dengan proyek ini, harapan untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman yang sejalan dengan tantangan modernitas melalui IAIN dengan cepat akan segera terwujud. Ide penyempurnaan SKB Tiga Menteri ini disetujui oleh Presiden Soeharto. Sehingga pada 1988 proyek MAPK dimulai dan untuk tahap pertama, dibuka di lima lokasi; Padang Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Ujung Pandang, dan Jember. Selanjutnya, MAPK ditambah di lima kota lagi, yaitu di Banda Aceh, Lampung, Solo, Banjarmasin.

Tak mudah untuk masuk Madarasah Aliyah Program Khusus, ada seleksi dan audisi untuk menembus ke dalam gerbang sekolah tersebut., karena sesuai namanya yakni “Program Khusus”, maka ada program-program yang harus di hadapi oleh calon siswa dan siswa, di simpulkan ada tiga hal :

Pertama ; Sistem seleksi yang ketat dan memperyaratkan kemampuan kemampuan akademik tinggi ( nilai murni mata pelajaran agama minimal 7, nilai matematika dan bahasa Inggris minimal 6, dan diutamakan yang menduduki rangking 1 s/d 10 di kelas )

Kedua : Sistem pondok pesantren ( Islamic Boarding School ), di mana semua siswa harus tinggal di pondok/asrama di bawah pengawasan pembina selama 24 jam.

Ketiga : Bahasa Pengantar, di mana untuk semua mata pelajaran agama bahasa pengantar dalam Kegiatan Belajar Mengajar, buku pegangan dan referensi, serta tes evaluasi menggunakan bahasa Arab.

Dari awal, Almarhum Bapak Munawir Sjadzali opitهmis, bahwa program tersebut akan berhasil, terbukti dengan prestasi-prestasi yang diraih oleh mereka, tentunya dalam bidang agama. Namun dalam bidang umum, mereka jangan di anggap remeh, meskipun ahli dalam bidang agama, mereka juga ces pleng di ilmu umum, itu karena audisi yang diadakan sangat ketat, apalagi yang diambil dari mereka untuk menduduki kursi terhormat di sekolah Program Khusus adalah mereka yang menduduki ranking 1-10 di sekolah mereka, bisa di bayangkan, bagaimana seandainya orang-orang pintar berkumpul? Yang ada hanyalah belajar dan belajar. Bagi mereka rugi jikalau sehari tidak dapat ilmu, karena menurut mereka, ilmu adalah segalanya, bahkan mungkin ada yang berpikiran, bahwa orang berilmu akan di jadikan Tuhan oleh sebagian masyarakat. Gak percaya? Coba lihat saja para kiai-kiai yang di agung-agungkan oleh muridnya. Siapa yang g tertarik untuk menduduki posisi Tuhan.

Bibit unggul padi, jika tidak olah dengan baik, maka yang ada hanya tinggal nama saja, orang akan mengenang saja bahwa bibit tersebut pernah menjadi “artis” dalam habitatnya. Tak jauh nasibnya dengan Program Khusus andalan Almarhum Bapak Munawir Sjadzali. Orang hanya mengenal bahwa Madrasah Aliyah Program Khusus adalah sekolah unggulan, rumah favorit, singgasana para pelajar top, namun di balik itu semua terdapat “penampakan-penampakan” yang tak tampak oleh warga non Khusus.

Contoh real yang pernah di ungkapkan kepada saya (membuat saya sedikit gak percaya), bahwa para siswa yang telah di daulat oleh pemerintah untuk menjadi calon ulama plus, para siswa yang telah diberi kepercayaan oleh negara untuk menjadi abdi negara dan dibayar oleh negara, ternyata mereka menyalah gunakan hibah tersebut. Beliau mengungkapkan bahwa siswa Program Khusus ketika ujian, mereka sama seperti siswa yang mbeling, yakni MENYONTEK, sekali lagi MENYONTEK. Tak tanggung-tanggung, yang dibawa bukan hanya kertas contekan, melainkan buku pelajaran. Saya tidak bisa membayangkan kejadian ini kalau di ketahui oleh Menteri Agama. Salah siapakah itu? Para Pembina atau siswa?.

Mungkin itu hanya sekelumit kisah pahit Program Khusus, tapi saya yakin masih banyak keanehan-keanehan yang tak terpantau dari luar. Namun sejelek apapun tentang Madarasah Aliyah Program Khusus, orang tak langsung percaya, karena dalam otak masyarakat, mereka adalah calon ulama yang harus di hormati, tanpa harus di buka kejelekannya. Dampaknya? Jelas ada. Seorang kakak kelas saya pernah bercerita secara blak-blakan, bahwa beliau terlalu tersanjung oleh pujian-pujian orang lain tentang ketenaran Program Khusus, apalagi daerah beliau adalah daerah pertama dalam uji coba penyelenggaraan Program Khusus, begitu tersanjungnya beliau waktu itu, sampai-sampai terlena oleh sanjungan, yang akhirnya berbuntut pada kegagalan akademik, meskipun ada faktor lain dalam kegagalan tersebut, “namun sanjungan itu termasuk unsur kegagalan” tegas beliau.

Dalam masa-masa itu, Program Khusus berada dalam puncak kejayaan, orang tak kan lupa dengan nama tersebut, seperti masa kejayaan Islam dahulu yang sering gonta-ganti penguasa, dari Daulah Ummayah, Abbasiah, atau Fathimiyah, umat islam tak kan lupa dengan kehidupan dan kejayaan para pembesar Islam jaman dahulu. Khilafah tersebut diagung-agungkan dan selalu disebut di mana saja para muslimin berbicara tentang kejayaan. Padahal mereka tahu, bahwa sekarang mereka berada dalam jurang kemerosotan, jauh lebih merosot dan mereka juga tahu bahwa yang di butuhkan sekarang bukan hanya mengulang-ngulang cerita dulu. Kemarin adalah kenangan, sekarang tumpuan, esok adalah harapan.

Seiring waktu, terjadinya pergantian pejabat pusat dan daerah, berpengaruh pada program-program yang telah di tetapkan, dengan melihat kondisi tentunya. Begitu juga dengan Program Khusus bentukan dari Almarhum Bapak Munawir Sjadzali tak luput dari perubahan ketetapan pusat.

Dengan memperhatikan keputusan-keputusan pejabat pusat, khususnya dari Menteri Agama, bahwa Madrasah Aliyah Program Khusus diubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan, di bawah ini landasan hukum tentang perubahan tersebut :

Keputusan Menag No. 371 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah Keagamaan
Edaran Dirjen Bimbaga Islam No. E.IV/PP.00/A.2/445/94 tentang penataan Madrasah Aliyah.
Edaran Dirjen Bimbaga Islam No. E/PP.00.6/J/54/97 tentang penyelenggaraan MAK.

Namun yang berganti hanya nama saja, program-program yang dicanangkan oleh Almarhum Bapak Munawir Sjadzali masih tetap berlaku dan layak dipakai, dalam artian prosedur dan para staf di Program Khusus masih digunakan pada Madarasah Aliyah Keagamaan.

Kebiasaan lama para siswa Program Khusus turun menurun di tiru oleh siswa Madrasah Aliyah Keagamaan. Menyontek, bakar kasur, bahkan yang lebih miris lagi para siswa baru itu sudah berani menciptakan acara baru, yakni men-demo Pembina asrama agar keluar dari asrama, bener-bener parah. Siapa yang salah?. Namun mereka, para siswa baru tersebut masih tetap ces pleng, dan masih mengukir prestasi, mengharumkan nama sekolah mereka. Hebat mereka, nakal tapi pinter.

Lambat laun, audisi tidak diselenggarakan di Kantor Wilayah pusat, namun bisa diselenggarakan di sekolah tempat Madrasah Aliyah Keagamaan itu berdiri, dengan alasan memudahkan para calon siswa dan otonomi sekolah, namun sayang sekali, para pejabat tidak memperhatikan apakah perubahan kebijakan tersebut akan mengangkat derajat Madrasah Aliyah Keagamaan atau malah merosotkan kualitas para calon siswa? Lagi-lagi, kesalahan siapa?

Seperti kebanyakan lembaga-lembaga pendidikan, tepatnya pondok pesantren, bahwa sepeninggal pendiri dan pengasuh pertama, jikalau tidak bisa menjaga amanat dan tidak bisa memberi inovasi kreasi baru sesuai kondisi zaman, maka riwayat perjalanan lambat laun akan terkikis. Dan ternyata Program Khusus yang berubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan mengikuti kebiasaan buruk itu.

Semakin menjamurnya Madrasah Aliyah Keagamaan “kampungan” tanpa diikuti oleh skill kualitas siswa, dan juga tidak ada solusi kreatif dari staf pusat, daerah maupun para staf Pembina lokal, apalagi bidang keagamaan pada saat itu dan tentunya saat ini mendapat tatapan sinis dari pihak luar, diangap tidak bisa bersaing dengan lulusan lain yang menjadikan Madrasah Aliyah Keagamaan, baik yang “kota” maupun “kampungan” tak di minati oleh para siswa andalan, toh kalau itupun ada, karena siswa itu tak di terima oleh sekolah lain.

Pernah suatu malam diadakan dialog informal antara Pembina asrama, pengurus asrama, dan warga asrama membicarakan nasib sekolah mereka yang dianggap sekolah unggulan dan favorit pada zaman dulu. Apakah setuju sekolah kesayangan ini akan buyar? Tentu saja dalam forum ada perbedaan pendapat, pro dan kontra. Akan tetapi kebanyakan para warga dan tentunya pengurus juga berpendapat bahwa mereka tak tega melihat sekolah mereka akan hilang, singkatnya, mereka tak setuju Madrasah Aliyah Keagamaan buyar. Namun komentar saya berbeda dengan suara mayoritas yang mengatakan bahwa alangkah baiknya sekolah Madrasah Aliyah Keagamaan dibuyarkan, dengan alasan “sudah tak lazim dengan persaingan dan permaian zaman dan sekolah ini hanya tempat hura-hura, mirisnya tak diikuti oleh kualitas siswa, hal ini berbeda dengan zaman dahulu sewaktu sekolah ini mencapai masa keemasan, mereka nakal, mbeling, mungkin sama juga dengan kita hura-hura, tapi mereka mempunyai bakat yang bisa diandalkan dan sudah sangat banyak prestasi yang diperoleh. Jika sekolah ini dilanjutkan, maka jangan heran tahun mendatang akan lebih banyak preman-preman dengan gelar pendidikan, namun jikalau masih ingin tetap diteruskan, harus di tingkatkan lebih dalam bidang kualitas, kedisiplinan dan ketegasan”. Para Pembina senyum kecil mendengarkan keluhan seorang santrinya.

Seperti yang ungkapan di awal, jika mempunyai bibit unggul kita tidak pandai mengolahnya, maka hasilnya akan sia-sia, apalagi bibit yang tidak unggul, yang tak layak untuk di publikasikan. Namun apabila kita bisa dan pandai mengolah bibit tersebut, baik yang unggul ataupun tidak, maka hasilnya tidak mengecewakan.

Kekurangan dalam lembaga Program Khusus ataupun adiknya, Madrasah Aliyah Keagamaan, adalah tidak adanya pengolahan pendidikan, kedisiplinan, ketegasan dll. Prilaku menyontek misalnya adalah sang pelaku dikategorikan tidak mempunyai rasa disiplin dan tanggung jawab. Jikalau yang melakukan itu adalah orang yang memang tidak berkualitas dalam segala aspek, itu sudah biasa, karena dia tidak memikirkan masa depan cemerlang. Namun jikalau pelaku adalah orang yang berkualitas tinggi, maka yang perlu di pertanyakan adalah siapa dan dimana lingkungan dia tinggal?

Tak salah harus di tuliskan kata mutiara yang keluar dari Sang Utusan Tuhan, bahwa seseorang yang bergaul dengan penjual minyak, maka orang tersebut ketularan bau minyak. Artinya, bahwa pengaruh lingkungan sangat besar pada diri seseorang, apalagi tanpa tabir yang menghalangi, tidak mempunyai filter, sangat memungkinkan bahwa orang tersebut akan terbawa arus.

Sangat di sayangkan sekali, sekolah seperti Program Khusus ataupun yuniornya, Madrasah Aliyah Keagamaan harus wafat, padahal mereka adalah putra-putra terbaik daerah. Mereka berharap dengan melanjutkan jenjang pendidikan di sekolah pencetak ulama plus, akan benar-benar menjadi ulama plus, ulama multi guna, itu yang di harapkan oleh Almarhum Bapak Munawir Sjadzali. Memang, ada lulusan dari Program Khusus maupun Madrasah Aliyah Keagamaan telah menjadi manusia berharga, namun jika di bandingkan dengan teman almamaternya, sangat jauh sekali bandingannya, 3:10, kemenangan berada di tangan yang “belum” (jika tak mau di sebutkan dengan kata “tidak”).

Sebuah harapan untuk menciptakan sekolah pencetak kader ulama plus, atau manusia berharga sangat di nantikan, karena pada saat ini, negara Indonesia sangat miskin akan gelar itu, demi mengejar ketertinggalan kereta oleh negara-negara lain.

Terakhir, perbanyak anak-anak bangsa yang mampu bekerja keras untuk memperoleh atau memproduksi hasil kekayaan alam dengan menggunakan ilmu yang di perolehnya. Saatnya kita melakukan perubahan secara besar-besaran di dunia pendidikan.

Alangkah syahdunya jika tulisan primitive ini di akhiri dengan kalimat Tuhan

“ ان الله لا يغير ما بقوم حتي يغيروا ما بأنفسهم“


1 komentar:

MAL sekarang sudah berubah lagi jadi PAI

Posting Komentar

coret di sini