Parpol baru=bisnis?


Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa hari yang lalu telah mengumumkan nama-nama partai peserta pemilu tahun 2009. Bahkan selang dua hari berikutnya, KPU mengadakan rapat pleno terbuka dalam rangka pengambilan dan penetapan nomor urut partai poltik peserta pemilu tahun 2009. Berikut nama-nama partai politik peserta pemilu tahun 2009 sesuai dengan nomor urut ;

1. Partai Hati Nurani Rakyat
2. Partai Karya Peduli Bangsa
3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
4. Partai Peduli Rakyat Nasional
5. Partai Gerakan Indonesia Raya
6. Partai Barisan Nasional
7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
8. Partai Keadilan Sejahtera
9. Partai Amanat Nasional
10. Partai Perjuangan Indonesia Baru
11. Partai Kedaulatan
12. Partai Persatuan Daerah
13. Partai Kebangkitan Bangsa
14. Partai Pemuda Indonesia
15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
16. Partai Demokrasi Pembaruan
17. Partai Karya Perjuangan
18. Partai Matahari Bangsa
19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia
20. Partai Demokrasi Kebangsaan
21. Partai Republik Nusantara
22. Partai Pelopor
23. Partai Golongan Karya
24. Partai Persatuan Pembangunan
25. Partai Damai Sejahtera
26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia
27. Partai Bulan Bintang
28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
29. Partai Bintang Reformasi
30. Partai Patriot
31. Partai Demokrat
32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia
33. Partai Indonesia Sejahtera
34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama.

Menilik kembali pada pemilu tahun 2004, jumlah partai politik peserta pemilu pada tahun tersebut "hanya" 24 Parpol. Namun, pada pesta demokrasi kali ini, jumlah Parpol meningkat di banding tahun sebelumnya. Ini menjadi pertanyaan, mengapa pertumbuhan Parpol sangat subur?, Ini belum termasuk jumlah Parpol yang tak lolos verifikasi sebelumnya. Beruntung sekali yang lolos "hanya" 34 Parpol, coba kalau lolos semua, berabe jadinya. Lha wong 34 ini sudah sangat sulit untuk mengingatnya.

Kembali ke pertanyaan, mengapa pertumbuhan Parpol sedemikian cepatnya?, Padahal demokrasi baru berjalan sekitar 10 tahun-an yang di awali dengan gerakan "revolusi" mahasiswa, tepatnya tahun 1998. Apakah Parpol-parpol yang baru adalah bentuk ketidak puasan terhadap Parpol-parpol lama? Bisa jadi begitu, atau mungkin mereka hanya ingin meramaikan demokrasi, melengkapi sebuah nama demokrasi dengan kebebasan, lalu akhirnya mereka mendirikan Parpol, bisa jadi juga begitu.

Apapun alasan yang ada, satu alasan yang membuat saya miris, mungkin anda juga muak mendengarnya. Yakni mendirikan Parpol sebagai ladang kekuasaan, ujung-ujungnya adalah bisnis (uang).

Mendirikan Parpol memang butuh biaya yang tak sedikit. Saya tidak percaya 100% ketika ada orang yang mengatakan tak mengeluarkan sepeser pun untuk mendirikan Parpol, saya berani jamin, dia bohong. Coba bayangkan, untuk menjadi seorang Bupati saja, dia menghabiskan miliyaran rupiah, itu belum uang yang masuk ke kantong orang lain dan uang siluman lainnya. Itu hanya seorang Bupati, masih "lokal" daerah. Bandingkan dengan Parpol yang sudah naik tingkat Nasional. Mustahil bukan?

Nah, mereka (para mpu pendiri partai) berusaha sekuat tenaga agar modal mendirikan partai bagaimana supaya kembali dan tentunya tak hanya modal saja yang kembali, namun mereka mengeruk keuntungan sepuas-puasnya. Yup, harus ada keuntungan. Siapa yang mau rugi? Saya yakin tak akan ada yang mau menjadi orang yang merugi.

Misi awal mereka adalah meraih kekuasaan. Namun, siapa yang tak tahu bahwa dengan kekuasaan, segala sesuatu dapat diraih dengan mudah, apalagi uang. Dengan satu telunjuk pun, uang akan mengalir.

Bukannya saya suudhon terhadap mereka, namun siapa sich pada zaman sekarang yang mudah percaya dengan kata-kata gombal? Apakah tidak lebih baik menyalurkan aspirasinya kepada Parpol-parpol yang sudah ada. Alasan yang mengatakan tidak satu ideologi dengan Parpol merupakan alasan klasik, mudah menjawabnya.

Bagi saya, menyalurkan aspirasi kepada Parpol yang sudah ada merupakan tindakan yang lebih baik dari pada membuat partai baru, yang ujung-ujungnya adalah gak jelas. Di samping membingungkan para pemilih, karena begitu banyaknya Parpol yang akan dipilih, hal lain adalah berhubungan dengan finansial. Apakah tidak sebaiknya saja uang itu berikan kepada orang yang membutuhkan. Atau yang lebih top lagi, jadikan uang itu menjadi lapangan pekerjaan bagi pengangguran. Lebih baik tho?.

Marilah kesampingkan ego kita. Jangan hanya demi nafsu saja, orang lain menjadi budak dan menjadi korban. Apalagi yang menjadi budak dan korban adalah sebangsa sendiri. Tindakan ini saya nilai sebagai tindakan hewan, bahkan melebihi hewan.

Semoga dari awal kampanye (di mulai kemarin, 12 Juli 2008) sampai hari pencoblosan, diikuti dengan suasana damai dan bersahabat. Alangkah indahnya persahabatan dan perdamaian. Damai itu indah.
Majulah Indonesia. Jayalah indonesia.

1 komentar:

Amiin...wah Rasa Nasionalismenya sampe sono :) juga ya...
Semoga Rakyat ini tidak "buta" dalam memilih para Qiyadah2nya

Posting Komentar

coret di sini