Meng-internasionalkan bahasa Indonesia


Kata orang pinter, zaman sekarang kalau tidak bisa bahasa Inggris, bisa ketinggalan informasi.Lain lagi kata anak-anak muda, orang tak bisa bahasa Inggris, bukan orang gaul, katrok.

Iya, bahasa Inggris dari dulu (?) sampai sekarang adalah bahasa internasional. Orang pergi ke negara mana pun, kalau menguasai bahasa Inggris, tak akan kesulitan. Sebab, hampir setiap negara mewajibkan salah satu kurikulum pendidikan formalnya memasukkan bahasa Inggris menjadi pelajaran wajib. Bahkan, di Indonesia, bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran yang menentukan lolos tidaknya siswa dalam Ujian Nasional.

Tak menjadi masalah, jikalau belajar bahasa Inggris niatnya untuk meng-internasional-kan diri. Sepakat dengan kata orang pinter, bahwa jika tak bisa bahasa Inggris jangan berharap untuk bisa melaju ke jenjang internasional, minimal akan menemui kesulitan. Singkatnya, orang zaman sekarang dituntut untuk bisa berbahasa Inggris. Wajib hukumnya.

Namun yang memprihatinkan adalah ketika bahasa Inggris menjadi ajang gengsi-gengsian. Mereka merasa lebih wahh ketika ngobrol dengan bahasa Inggris meski hanya sepotong-potong, walaupun nggak jelas apa konteksnya. Penyebabnya adalah terletak pada kemajuan teknologi, khususnya pertelivisian dan media massa yang seringkali menggunakan dan mencampur adukkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Lalu, bagaimana dengan nasib bahasa Indonesia untuk menjadi salah satu bahasa internasional? Apakah bisa?.

Di Mesir, saat ini saya tinggal, hampir masyarakatnya jarang menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi dengan orang asing. Kalaupun ada itu pun hanya anak-anak kecil yang iseng menanyakan nama atau kabar. Teringat, ketika saya berlibur ke Bali beberapa tahun silam, melihat begitu banyaknya orang asing, naluri untuk berbicara bahasa asing (Inggris) keluar, walaupun saya belum begitu lancar bahasa Inggris. Tapi dengan sikap yang gagah, saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa inilah saya, orang Indonesia bisa bahasa anda.

Tapi saya terkejut ketika berada di Mesir, kenapa masyarakatnya tidak punya naluri untuk berbicara bahasa Inggris kepada saya? Walaupun sekedar menyapa saja, mereka tetap bangga menggunakan bahasa asli mereka, ahlan, zaiyyak, akhbarok eih dll. Seolah-olah mereka ingin mengatakan kepada saya bahwa "anda harus belajar bahasa saya (Mesir) bukan saya (Mesir) yang belajar bahasa anda".

Bagi saya, apa yang masyarakat Mesir lakukan, merupakan langkah awal untuk menjadikan bahasa mereka bahasa internasional. Mereka bangga dengan bahasanya sendiri. Mereka senang bahasa mereka bisa menyebar di berbagai negara. Bahkan teman Mesir pernah berkata, bahwa hampir seluruh masyarakat di jazirah arab mengerti bahasa Mesir, walaupun tak begitu menguasai seluruhnya.

Ada beberapa hal yang menjadikan sebuah bahasa menjadi bahasa internasional. Dominasi kekuasaan politik dan ekonomi, penyebaran geografis, jumlah pemakai, dll.

Bahasa Inggris diakui menjadi bahasa internasional, karena negara tersebut pernah menguasai hampir dua pertiga wilayah di bumi ini. Setiap negara yang pernah "dicicipi kekuasaan" Inggris, kebanyakan memasukkan bahasa Inggris menjadi bahasa resmi mereka. Belum lagi jumlah populasi negara tersebut. Maka tak heran, bahasa Inggris menjadi bahasa internasional.

Salah satu bahasa yang sekarang populer, yakni bahasa China. Selain jumlah pemakai bahasa tersebut banyak, karena banyaknya jumlah penduduk China, faktor lain yang menjadikan bahasa China populer adalah dominasi kekuasaan mereka pada politik dan ekonomi. Hampir sendi ekonomi dunia, China ikut andil di dalamnya.

Lalu nasib bahasa Indonesia bagaimana?
Indonesia bukan negara penjajah, jadi tak ada negara yang memasukkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi mereka.

Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa. Ini masuk salah satu unsur bahasa internasional, yakni jumlah pemakai. Tapi yang "mengecewakan", tidak semua masyarakat Indonesia mengerti akan bahasa resmi negaranya. Apalagi mereka yang tinggal di pelosok-pelosok, atau mereka yang berdiam diri di pedalaman, belum tentu mereka bisa bahasa Indonesia. Saya sendiri tertawa mendengar ini

Dari beberapa tiga hal yang saya sebutkan tadi (dominasi kekuasaan politik, penyebaran geografis, jumlah pemakai), Indonesia hampir tidak termasuk "nominasi". Pupus? Tidak.

Sepatutnya kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh rakyat Mesir. Mereka bangga dengan bahasanya sendiri. Kepada orang asing, mereka tetap bangga memakai bahasa pribumi. Tak ada kata malu walaupun tidak diimbuhi dengan bahasa Inggris. Nasionalisme mereka begitu tinggi, tak heran mengapa Mesir menjadi negara yang di segani di Timur Tengah.

Untuk meng-internasional-kan bahasa Indonesia, tak harus mengikuti jejak Inggris yang menjajah negara lain. Kesadaran akan kebanggaan dengan negara sendiri, kebanggaan dengan bahasa Indonesia, merupakan langkah awal menuju tingkat lebih tinggi. Bagaimana mau beranjak, kita sendiri tidak bangga dengan keberadaan kita, tapi jangan membuang begitu saja bahasa-bahasa asing lain, hal tersebut penting bagi kita agar tidak ketinggalan informasi, bukan untuk gaul-gaulan.

Awalilah dari sekarang. Bangga dengan Indonesia, bangga dengan bahasa Indonesia.

[+/-] Selengkapnya...

Dzikir bergeleng


Ketika saya masih di Indonesia, seringkali (tepatnya pernah) saya mengikuti istighosah, atau dzikiran. Saya perkirakan ada sekitar ratusan orang yang mengikuti ritual tersebut. Dari kalangan anak kecil, muda, sampai kakek nenek ada. Mereka khusyuk dan "patuh" mengikuti sang "pemimpin" yang berada di barisan depan, barisan sendiri. Apa yang "beliau" ucapkan, ditirukan oleh orang-orang di belakangnya. Apa yang "beliau" gerakan, mereka juga ikut gerak. Saya mikir, seandainya rakyat Indonesia seperti mereka-mereka, baik apa jelek ya? Hmmm....Silahkan jawab sendiri.

Ada keanehan dan kejanggalan sendiri bagi saya dalam ritual-ritual itu. Kenapa mereka selalu menggerakkan kepala sewaktu melafalkan atau mengucapkan dzikir tersebut? Kalimat tahlil "لااله الا الله" misalnya, saya perhatikan, selalu saja ada gerakan kepala, geleng-geleng lah enaknya, nyomot dari lagunya Project pop. Apa itu merupakan gerakan wajib? atau hanya sebatas seni saja?.

Bukannya saya ngeledek mereka, tapi sewaktu melihat mereka melakukan hal seperti itu, lucu. Iya, lelucon yang tak membuat saya tertawa. Tak sopan kalau saya menertawai tingkah mereka. Wallahi inta mafish adab ya 'am, kira-kira begitu. Lha orang geleng-geleng berdzikir, koq malah diketawai, malah saya yang dianggap gila nanti sama mereka.

Lambat laun saya menyadari, bahwa apa yang saya bual dan yang saya anggap lelucon itu jauh lebih bermanfaat dari pada apa yang saya lakukan selama ini. Sungguh bodoh diri ini. Kenapa tidak dari dulu saja saya tahu akan hal ini.

Beberapa hari yang lalu, saya browsing youtube, nonton salah satu acara di stasiun TV, Trans 7. BCG, Belum Cukup Gede, itu acaranya yang dipandu oleh Ruben dan Adul. Kebetulan waktu itu temanya adalah "Di goyang abang senang". Sepintas memang temanya lumayan hot, tapi memang acara ini untuk kalangan dewasa, 17 tahun ke atas kalau jaman dulu bilangnya. Yang menjadi topik pembicaraan waktu itu adalah goyangan dangdut, bintang tamunya juga dari pedangdut.

Nah, pada segmen berapa saya lupa, sang bintang tamu disuruh untuk menyanyi, tapi gak pakai joget. Menyanyi dangdut tanpa joget. Hmmmmmm...Saya membayangkannya.

Jangankan bintang tamu, saya saja yang mendengarnya merasa ada yang kurang, ada salah satu "ritual" yang hilang. Yup, joget. Ternyata bagi saya, nyanyi dangdut gak pakai joget, musy kuwais awy. Gak enak blas rek....

Pasti sering kita mendengarkan musik-musik, entah itu pop, dangdut, jazz, rock atau yang lainnya. Coba perhatikan kaki atau salah satu anggota badan kita ketika lagunya diputar, pasti ada gerakan refleksi menyesuaikan lagu. Itu sengaja atau tidak ya? Lazim inta 'aarif igaabah di, el igabah minnak.

Kembali tentang geleng-gelengnya orang berdzikir.
Orang nyanyi dangdut saja harus pakai goyang. Orang dengerin musik, salah satu anggota badan ikut bergoyang. Lha ini padahal hanya lagu saja, ritual keduniawiaan. Apalagi ritual yang berhubungan dengan Tuhan.

Mereka, para ahli dzikir, pasti juga merasakan kenikmatan berdzikirnya. Merasakan keindahan ketika mengingat Allah. Menikmati lezatnya iman, masya allah.

انما المؤمنون اللذين اذا ذكر الله وجلت قلوبهم واذا تليت عليهم ءايته زادتهم ايمانا وعلي ربهم يتوكلون
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (surah Al Anfaal: 2).

Ah, mereka sudah merasakan bagaimana kenikmatan menyebut nama Allah. Sedangkan saya masih begitu terlena dengan nikmatnya musik-musik dunia.
انما الحياة الدنيا لعب ولهو
Sudah jelas sekali kan? dunia ini hanyalah sebuah permainan. Namanya juga permainan, pasti ada peluit untuk mengakhiri permainannya. Ada garis finish. Artinya, dunia ini semu.

Baru menyadari akan indahnya berdzikir
الا بذكر الله تطمئن القلوب
Dengan berdzikir, mengingat Allah, hati merasa tenang.
Semoga saya bisa mengikuti jejak-jejak mereka yang sudah merasakan kenikmatan berdzikir, mengingat Yang punya diri ini. Termasuk anda juga.

[+/-] Selengkapnya...

Parpol baru=bisnis?


Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa hari yang lalu telah mengumumkan nama-nama partai peserta pemilu tahun 2009. Bahkan selang dua hari berikutnya, KPU mengadakan rapat pleno terbuka dalam rangka pengambilan dan penetapan nomor urut partai poltik peserta pemilu tahun 2009. Berikut nama-nama partai politik peserta pemilu tahun 2009 sesuai dengan nomor urut ;

1. Partai Hati Nurani Rakyat
2. Partai Karya Peduli Bangsa
3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
4. Partai Peduli Rakyat Nasional
5. Partai Gerakan Indonesia Raya
6. Partai Barisan Nasional
7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
8. Partai Keadilan Sejahtera
9. Partai Amanat Nasional
10. Partai Perjuangan Indonesia Baru
11. Partai Kedaulatan
12. Partai Persatuan Daerah
13. Partai Kebangkitan Bangsa
14. Partai Pemuda Indonesia
15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
16. Partai Demokrasi Pembaruan
17. Partai Karya Perjuangan
18. Partai Matahari Bangsa
19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia
20. Partai Demokrasi Kebangsaan
21. Partai Republik Nusantara
22. Partai Pelopor
23. Partai Golongan Karya
24. Partai Persatuan Pembangunan
25. Partai Damai Sejahtera
26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia
27. Partai Bulan Bintang
28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
29. Partai Bintang Reformasi
30. Partai Patriot
31. Partai Demokrat
32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia
33. Partai Indonesia Sejahtera
34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama.

Menilik kembali pada pemilu tahun 2004, jumlah partai politik peserta pemilu pada tahun tersebut "hanya" 24 Parpol. Namun, pada pesta demokrasi kali ini, jumlah Parpol meningkat di banding tahun sebelumnya. Ini menjadi pertanyaan, mengapa pertumbuhan Parpol sangat subur?, Ini belum termasuk jumlah Parpol yang tak lolos verifikasi sebelumnya. Beruntung sekali yang lolos "hanya" 34 Parpol, coba kalau lolos semua, berabe jadinya. Lha wong 34 ini sudah sangat sulit untuk mengingatnya.

Kembali ke pertanyaan, mengapa pertumbuhan Parpol sedemikian cepatnya?, Padahal demokrasi baru berjalan sekitar 10 tahun-an yang di awali dengan gerakan "revolusi" mahasiswa, tepatnya tahun 1998. Apakah Parpol-parpol yang baru adalah bentuk ketidak puasan terhadap Parpol-parpol lama? Bisa jadi begitu, atau mungkin mereka hanya ingin meramaikan demokrasi, melengkapi sebuah nama demokrasi dengan kebebasan, lalu akhirnya mereka mendirikan Parpol, bisa jadi juga begitu.

Apapun alasan yang ada, satu alasan yang membuat saya miris, mungkin anda juga muak mendengarnya. Yakni mendirikan Parpol sebagai ladang kekuasaan, ujung-ujungnya adalah bisnis (uang).

Mendirikan Parpol memang butuh biaya yang tak sedikit. Saya tidak percaya 100% ketika ada orang yang mengatakan tak mengeluarkan sepeser pun untuk mendirikan Parpol, saya berani jamin, dia bohong. Coba bayangkan, untuk menjadi seorang Bupati saja, dia menghabiskan miliyaran rupiah, itu belum uang yang masuk ke kantong orang lain dan uang siluman lainnya. Itu hanya seorang Bupati, masih "lokal" daerah. Bandingkan dengan Parpol yang sudah naik tingkat Nasional. Mustahil bukan?

Nah, mereka (para mpu pendiri partai) berusaha sekuat tenaga agar modal mendirikan partai bagaimana supaya kembali dan tentunya tak hanya modal saja yang kembali, namun mereka mengeruk keuntungan sepuas-puasnya. Yup, harus ada keuntungan. Siapa yang mau rugi? Saya yakin tak akan ada yang mau menjadi orang yang merugi.

Misi awal mereka adalah meraih kekuasaan. Namun, siapa yang tak tahu bahwa dengan kekuasaan, segala sesuatu dapat diraih dengan mudah, apalagi uang. Dengan satu telunjuk pun, uang akan mengalir.

Bukannya saya suudhon terhadap mereka, namun siapa sich pada zaman sekarang yang mudah percaya dengan kata-kata gombal? Apakah tidak lebih baik menyalurkan aspirasinya kepada Parpol-parpol yang sudah ada. Alasan yang mengatakan tidak satu ideologi dengan Parpol merupakan alasan klasik, mudah menjawabnya.

Bagi saya, menyalurkan aspirasi kepada Parpol yang sudah ada merupakan tindakan yang lebih baik dari pada membuat partai baru, yang ujung-ujungnya adalah gak jelas. Di samping membingungkan para pemilih, karena begitu banyaknya Parpol yang akan dipilih, hal lain adalah berhubungan dengan finansial. Apakah tidak sebaiknya saja uang itu berikan kepada orang yang membutuhkan. Atau yang lebih top lagi, jadikan uang itu menjadi lapangan pekerjaan bagi pengangguran. Lebih baik tho?.

Marilah kesampingkan ego kita. Jangan hanya demi nafsu saja, orang lain menjadi budak dan menjadi korban. Apalagi yang menjadi budak dan korban adalah sebangsa sendiri. Tindakan ini saya nilai sebagai tindakan hewan, bahkan melebihi hewan.

Semoga dari awal kampanye (di mulai kemarin, 12 Juli 2008) sampai hari pencoblosan, diikuti dengan suasana damai dan bersahabat. Alangkah indahnya persahabatan dan perdamaian. Damai itu indah.
Majulah Indonesia. Jayalah indonesia.

[+/-] Selengkapnya...

Falsafah Islam dan Unsur-Unsur Hellenisme

Neoplatonisme

Dari berbagai unsur pikiran Hellenik, Platonisme Baru (Neoplatonisme) adalah salah satu yang paling berpengaruh dalam sistem falsafah Islam. Neoplatonisme sendiri merupakan falsafah kaum musyrik (pagans), dan rekonsiliasinya dengan suatu agama wahyu menimbulkan masalah besar. Tapi sebagai ajaran yang berpangkal pada pemikiran Plotinus (205-270 M), sebetulnya Neoplatonisme mengandung unsur yang memberi kesan tentang ajaran Tauhid. Sebab Plotinus yang diperkirakan sebagai orang Mesir hulu yang mengalami Hellenisasi di kota Iskandaria itu mengajarkan konsep tentang "yang Esa" sebagai prinsip tertinggi atau sumber penyebab. Lebih dari itu, Plotinus dapat disebut sebagai seorang mistikus, tidak dalam arti "irrasionalis", tetapi dalam artinya yang terbatas kepada seseorang yang mempercayai dirinya telah mengalami penyatuan dengan Tuhan atau "Kenyataan Mutlak."- Untuk memahami sedikit lebih lanjut ajaran Plotinus kita perlu memperhatikan beberapa unsur dalam ajaran-ajaran Plato, Aristoteles, Pythagoras (baru) dan kaum Stoic.

Plato membagi kenyataan kepada yang bersifat "akali" dan yang bersifat "inderawi", dengan pengertian bahwa yang akali itulah yang sebenarnya ada, jadi juga yang abadi dan tak berubah. Termasuk diantara yang akali itu ialah konsep tentang "Yang Baik", yang berada di atas semuanya dan disebut sebagai berada di luar yang ada. "Yang Baik" ini kemudian diidentifikasi sebagai "Yang Esa", yang tak terjangkau dan tak mungkin diketahui.

Selanjutnya, mengenai wujud inderawi, Plato menyebutkannya sebagai hasil kerja suatu "seniman ilahi"


yang menggunakan wujud kosmos yang akali sebagai model karyanya. Disamping membentuk dunia fisik, juga membentuk jiwa kosmis dan jiwa atau ruh individu yang tidak akan mati. Jiwa kosmis dan jiwa individu yang immaterial dan substansial itu merupakan letak hakikatnya yang bersifat ada sejak semula dan akan ada untuk selamanya, yang semuanya tunduk kepada hukum reinkarnasi.

Dari Aristoteles, unsur terpenting yang diambil Plotinus ialah doktrin tentang Akal yang lebih tinggi daripada semua jiwa. Aristoteles mengisyaratkan bahwa hanya Akal-lah yang tidak bakal mati, sedangkan wujud lainnya hanyalah "bentuk" luar, sehingga tidak mungkin mempunyai eksistensi terpisah. Aristoteles juga menerangkan bahwa "dewa tertinggi" ialah Akal yang selalu merenung dan berpikir tentang dirinya. Kegiatan kognitif Akal itu berbeda dari kegiatan inderawi, karena obyeknya, yaitu wujud akali yang immaterial, adalah identik dengan tindakan Akal untuk menjangkau wujud itu.

Dualisme Plato di atas kemudian diusahakan penyatuannya oleh para penganut Pythagoras (baru), dan dirubahnya menjadi monisme dan berpuncak pada konsep tentang adanya Yang Esa dan serba maha (transenden). Ini melengkapi ajaran kaum Stoic yang di samping materialistik tapi juga immanenistik, yang mengajarkan tentang kemahaberadaan Tuhan dalam alam raya.

Kesemua unsur tersebut digabung dan diserasikan oleh Plotinus, dan menuntunnya kepada ajaran tentang tiga hypostase atau prinsip di atas materi, yaitu Yang Esa atau Yang Baik, Akal atau Intelek, dan Jiwa.

Aristotelianisme


Telah dinyatakan bahwa Neoplatonisme cukup banyak mempengaruhi falsafah Islam. Tetapi sebenarnya Neoplatonisme yang sampai ke tangan orang-orang Muslim, berbeda dengan yang sampai ke Eropa sebelumnya, yang telah tercampur dengan unsur-unsur kuat Aristotelianisme. Bahkan sebetulnya para filusuf Muslim justru memandang Aristoteles sebagai guru pertama, yang menunjukkan rasa hormat mereka yang amat besar, dan dengan begitu juga pengaruh Aristoteles kepada jalan pikiran para failasuf Muslim yang menonjol dalam falsafah Islam.

Neoplatonisme sendiri, sebagai gerakan, telah berhenti semenjak jatuhnya Iskandaria di tangan orang-orang Arab Muslim pada tahun 642. Sebab sejak itu yang ada secara dominan ialah falsafah Islam, yang daerah pengaruhnya meliputi hampir seluruh bekas daerah Hellenisme.

Tetapi sebelum gerakan Neoplatonis itu mandeg, ia harus terlebih dahulu bergulat dan berhadapan dengan agama Kristen. Dan interaksinya dengan agama Kristen itu tidak mudah, dengan ciri pertentangan yang cukup nyata. Salah seorang tokohnya yang harus disebut di sini ialah pendeta Nestorius, patriark Konstantinopel, yang karena menganut Neoplatonisme dan melawan ajaran gereja terpaksa lari ke Syria dan akhirnya ke Jundisapur di Persia.

Sebenarnya Neoplatonisme sebagai filsafat musyrik memang mendapat perlakuan yang berbeda-beda dari kalangan agama. Orang-orang Kristen zaman itu, dengan doktrin Trinitasnya, tidak mungkin luput dari memperhatikan betapa tiga hypostase Plotinus tidak sejalan, atau bertentangan dengan Trinitas Kristen. Polemik-polemik yang terjadi tentu telah mendapatkan jalannya ke penulisan. Maka orang-orang Muslim, melalui tulisan-tulisan dalam bahasa Suryani yang disalin ke Bahasa Arab, mewarisi versi neoplatonisme yang berbeda, yaitu Neo-platonisme dengan unsur kuat Aristotelianisme. Mengutip kitab al-Fihrist oleh Ibn al-Nadim,

"Versi Arab tentang datangnya karya-karya Aristoteles di dunia Islam ada kaitannya dengan diketemukannya naskah-naskah di suatu rumah kosong. Seandainya benarpun, kisah itu menghilangkan dua rinci penting yang bisa melengkapi jalan cerita: pertama, naskah-naskah itu pastilah tidak tertulis dalam Bahasa Arab; kedua, orang-orang Arab itu tidak hanya menemukan Aristoteles tetapi seluruh rangkaian para penafsir juga".

Ini berarti bahwa pikiran-pikiran Aristoteles yang sampai ke tangan orang-orang Muslim sudah tidak "asli" lagi, melainkan telah tercampur dengan tafsiran-tafsirannya. Karena itu, meskipun orang-orang Muslim sedemikian tinggi menghormati Aristoteles dan menamakannya "guru pertama", namun yang mereka ambil dari dia bukan hanya pikiran-pikiran dia sendiri saja, melainkan justru kebanyakan adalah pikiran, pemahaman, dan tafsiran orang lain terhadap ajaran Aristoteles. Singkatnya, memang bukan Aristoteles sendiri yang berpengaruh besar kepada falsafah dalam Islam, tetapi Aristotelianisme. Apalagi jika diingat bahwa orang-orang Muslim menerima pikiran Yunani itu lima ratus tahun setelah fase terakhir perkembangannya di Yunani sendiri, dan setelah dua ratus tahun pikiran itu digarap dan diolah oleh para pemikir Kristen Syria. Menurut Peters lebih lanjut, paham Kristen telah mencuci bersih tendensi "eksistensial" filsafat Yunani, sehingga ketika diwariskan kepada orang-orang Arab Muslim, filsafat itu menjadi lebih berorientasi pedagogik, bermetode skolastik, dan berkecenderungan logik dan metafisik. Khususnya logika Aristoteles sangat berpengaruh kepada pemikiran Islam melalui ilmu kalam. Karena banyak menggunakan penalaran logis menurut metodologi Aristoteles itu, maka ilmu kalam yang mulai tampak sekitar abad VIII dan menjadi menonjol pada abad IX itu disebut juga sebagai suatu versi teologi alamiah (natural theology, al-kalam al-thabi'i, sebagai bandingan al-kalam al-Qur'ani) di kalangan orang-orang Muslim.

[+/-] Selengkapnya...

Kisah eksklusif dan akhir sebuah perjalanan

Negara berkualitas adalah negara yang maju dalam hal taraf pendidikan, kenapa? Karena dalam berpendidikan kita mendapat suatu yang berharga yakni ilmu, meskipun dalam dunia non pendidikan terdapat ilmu, namun tak ada yang mengingkari bahwa dunia pendidikan adalah gudang ilmu yang harus kita kuras esensinya. Dengan ilmu kita dapat berjalan dalam kegelapan, hal ini sesuai dengan kata mutiara yang sering kita dengar ;

“أ لعلم نور”

Menyadari akan pentingnya pendidikan untuk menghadapi persaingan permainan zaman, pemerintah Indonesia sudah berupaya keras menelurkan peraturan-peraturan tentang pendidikan demi terciptanya pendidikan yang berkualitas agar tidak di pandang remeh oleh negara lain, baik peraturan yang keluar dari Diknas sebagai lembaga yang menangani pendidikan bersifat umum khususnya, maupun dari lembaga Depag yang berkompeten dalam masalah pendidikan agama.

Satu di antara keputusan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama adalah diputuskannya tentang penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus


yang berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 73 tahun 1987. Program ini didirikan sebagai koreksi atas pendidikan Islam, terutama di bidang ilmu-ilmu agama, yang tidak dapat menghasilkan sarjana atau ulama yang memiliki kompetensi memadai. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sarjana Agama Islam yang tidak bisa membaca kitab kuning dan tidak menguasai bahasa Arab. Maka pada waktu itu, Munawir Sjadzali yang lahir di desa Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, pada 7 November 1925 sebagai Menteri Agama merasa pentingnya meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Tinggi Islam dengan menyiapkan calon in put yang berkualitas. Untuk itulah maka didirikan Madrasah Aliyah Program Khusus didesain untuk melahirkan lulusan yang disiapkan menjadi in put IAIN dan Perguruan Tinggi Islam lainnya.

Landasan hukum penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus :

Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
Keputusan Menag RI NO. 73 tahun 1987 tentang penyelenggaraan Madrasah Aliyah Program Khusus

Desain kurikulum Madrasah Aliyah Program Khusus terdiri dari 70 % ilmu-ilmu keislaman dan 30 % ilmu pengetahuan umum. Program ini didesain untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki integritas keislaman dan kemampuan ilmu-ilmu keislaman yang memadai guna melanjutkan ke Perguruan Tinggi Islam baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan struktur kurikulum demikian, konsekuensinya tamatan Madrasah Aliyah Program Khusus, tidak dapat masuk ke perguruan tinggi umum, tetapi mereka adalah bibit-bibit unggul bagi IAIN. Dengan proyek ini, harapan untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman yang sejalan dengan tantangan modernitas melalui IAIN dengan cepat akan segera terwujud. Ide penyempurnaan SKB Tiga Menteri ini disetujui oleh Presiden Soeharto. Sehingga pada 1988 proyek MAPK dimulai dan untuk tahap pertama, dibuka di lima lokasi; Padang Panjang, Ciamis, Yogyakarta, Ujung Pandang, dan Jember. Selanjutnya, MAPK ditambah di lima kota lagi, yaitu di Banda Aceh, Lampung, Solo, Banjarmasin.

Tak mudah untuk masuk Madarasah Aliyah Program Khusus, ada seleksi dan audisi untuk menembus ke dalam gerbang sekolah tersebut., karena sesuai namanya yakni “Program Khusus”, maka ada program-program yang harus di hadapi oleh calon siswa dan siswa, di simpulkan ada tiga hal :

Pertama ; Sistem seleksi yang ketat dan memperyaratkan kemampuan kemampuan akademik tinggi ( nilai murni mata pelajaran agama minimal 7, nilai matematika dan bahasa Inggris minimal 6, dan diutamakan yang menduduki rangking 1 s/d 10 di kelas )

Kedua : Sistem pondok pesantren ( Islamic Boarding School ), di mana semua siswa harus tinggal di pondok/asrama di bawah pengawasan pembina selama 24 jam.

Ketiga : Bahasa Pengantar, di mana untuk semua mata pelajaran agama bahasa pengantar dalam Kegiatan Belajar Mengajar, buku pegangan dan referensi, serta tes evaluasi menggunakan bahasa Arab.

Dari awal, Almarhum Bapak Munawir Sjadzali opitهmis, bahwa program tersebut akan berhasil, terbukti dengan prestasi-prestasi yang diraih oleh mereka, tentunya dalam bidang agama. Namun dalam bidang umum, mereka jangan di anggap remeh, meskipun ahli dalam bidang agama, mereka juga ces pleng di ilmu umum, itu karena audisi yang diadakan sangat ketat, apalagi yang diambil dari mereka untuk menduduki kursi terhormat di sekolah Program Khusus adalah mereka yang menduduki ranking 1-10 di sekolah mereka, bisa di bayangkan, bagaimana seandainya orang-orang pintar berkumpul? Yang ada hanyalah belajar dan belajar. Bagi mereka rugi jikalau sehari tidak dapat ilmu, karena menurut mereka, ilmu adalah segalanya, bahkan mungkin ada yang berpikiran, bahwa orang berilmu akan di jadikan Tuhan oleh sebagian masyarakat. Gak percaya? Coba lihat saja para kiai-kiai yang di agung-agungkan oleh muridnya. Siapa yang g tertarik untuk menduduki posisi Tuhan.

Bibit unggul padi, jika tidak olah dengan baik, maka yang ada hanya tinggal nama saja, orang akan mengenang saja bahwa bibit tersebut pernah menjadi “artis” dalam habitatnya. Tak jauh nasibnya dengan Program Khusus andalan Almarhum Bapak Munawir Sjadzali. Orang hanya mengenal bahwa Madrasah Aliyah Program Khusus adalah sekolah unggulan, rumah favorit, singgasana para pelajar top, namun di balik itu semua terdapat “penampakan-penampakan” yang tak tampak oleh warga non Khusus.

Contoh real yang pernah di ungkapkan kepada saya (membuat saya sedikit gak percaya), bahwa para siswa yang telah di daulat oleh pemerintah untuk menjadi calon ulama plus, para siswa yang telah diberi kepercayaan oleh negara untuk menjadi abdi negara dan dibayar oleh negara, ternyata mereka menyalah gunakan hibah tersebut. Beliau mengungkapkan bahwa siswa Program Khusus ketika ujian, mereka sama seperti siswa yang mbeling, yakni MENYONTEK, sekali lagi MENYONTEK. Tak tanggung-tanggung, yang dibawa bukan hanya kertas contekan, melainkan buku pelajaran. Saya tidak bisa membayangkan kejadian ini kalau di ketahui oleh Menteri Agama. Salah siapakah itu? Para Pembina atau siswa?.

Mungkin itu hanya sekelumit kisah pahit Program Khusus, tapi saya yakin masih banyak keanehan-keanehan yang tak terpantau dari luar. Namun sejelek apapun tentang Madarasah Aliyah Program Khusus, orang tak langsung percaya, karena dalam otak masyarakat, mereka adalah calon ulama yang harus di hormati, tanpa harus di buka kejelekannya. Dampaknya? Jelas ada. Seorang kakak kelas saya pernah bercerita secara blak-blakan, bahwa beliau terlalu tersanjung oleh pujian-pujian orang lain tentang ketenaran Program Khusus, apalagi daerah beliau adalah daerah pertama dalam uji coba penyelenggaraan Program Khusus, begitu tersanjungnya beliau waktu itu, sampai-sampai terlena oleh sanjungan, yang akhirnya berbuntut pada kegagalan akademik, meskipun ada faktor lain dalam kegagalan tersebut, “namun sanjungan itu termasuk unsur kegagalan” tegas beliau.

Dalam masa-masa itu, Program Khusus berada dalam puncak kejayaan, orang tak kan lupa dengan nama tersebut, seperti masa kejayaan Islam dahulu yang sering gonta-ganti penguasa, dari Daulah Ummayah, Abbasiah, atau Fathimiyah, umat islam tak kan lupa dengan kehidupan dan kejayaan para pembesar Islam jaman dahulu. Khilafah tersebut diagung-agungkan dan selalu disebut di mana saja para muslimin berbicara tentang kejayaan. Padahal mereka tahu, bahwa sekarang mereka berada dalam jurang kemerosotan, jauh lebih merosot dan mereka juga tahu bahwa yang di butuhkan sekarang bukan hanya mengulang-ngulang cerita dulu. Kemarin adalah kenangan, sekarang tumpuan, esok adalah harapan.

Seiring waktu, terjadinya pergantian pejabat pusat dan daerah, berpengaruh pada program-program yang telah di tetapkan, dengan melihat kondisi tentunya. Begitu juga dengan Program Khusus bentukan dari Almarhum Bapak Munawir Sjadzali tak luput dari perubahan ketetapan pusat.

Dengan memperhatikan keputusan-keputusan pejabat pusat, khususnya dari Menteri Agama, bahwa Madrasah Aliyah Program Khusus diubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan, di bawah ini landasan hukum tentang perubahan tersebut :

Keputusan Menag No. 371 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah Keagamaan
Edaran Dirjen Bimbaga Islam No. E.IV/PP.00/A.2/445/94 tentang penataan Madrasah Aliyah.
Edaran Dirjen Bimbaga Islam No. E/PP.00.6/J/54/97 tentang penyelenggaraan MAK.

Namun yang berganti hanya nama saja, program-program yang dicanangkan oleh Almarhum Bapak Munawir Sjadzali masih tetap berlaku dan layak dipakai, dalam artian prosedur dan para staf di Program Khusus masih digunakan pada Madarasah Aliyah Keagamaan.

Kebiasaan lama para siswa Program Khusus turun menurun di tiru oleh siswa Madrasah Aliyah Keagamaan. Menyontek, bakar kasur, bahkan yang lebih miris lagi para siswa baru itu sudah berani menciptakan acara baru, yakni men-demo Pembina asrama agar keluar dari asrama, bener-bener parah. Siapa yang salah?. Namun mereka, para siswa baru tersebut masih tetap ces pleng, dan masih mengukir prestasi, mengharumkan nama sekolah mereka. Hebat mereka, nakal tapi pinter.

Lambat laun, audisi tidak diselenggarakan di Kantor Wilayah pusat, namun bisa diselenggarakan di sekolah tempat Madrasah Aliyah Keagamaan itu berdiri, dengan alasan memudahkan para calon siswa dan otonomi sekolah, namun sayang sekali, para pejabat tidak memperhatikan apakah perubahan kebijakan tersebut akan mengangkat derajat Madrasah Aliyah Keagamaan atau malah merosotkan kualitas para calon siswa? Lagi-lagi, kesalahan siapa?

Seperti kebanyakan lembaga-lembaga pendidikan, tepatnya pondok pesantren, bahwa sepeninggal pendiri dan pengasuh pertama, jikalau tidak bisa menjaga amanat dan tidak bisa memberi inovasi kreasi baru sesuai kondisi zaman, maka riwayat perjalanan lambat laun akan terkikis. Dan ternyata Program Khusus yang berubah menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan mengikuti kebiasaan buruk itu.

Semakin menjamurnya Madrasah Aliyah Keagamaan “kampungan” tanpa diikuti oleh skill kualitas siswa, dan juga tidak ada solusi kreatif dari staf pusat, daerah maupun para staf Pembina lokal, apalagi bidang keagamaan pada saat itu dan tentunya saat ini mendapat tatapan sinis dari pihak luar, diangap tidak bisa bersaing dengan lulusan lain yang menjadikan Madrasah Aliyah Keagamaan, baik yang “kota” maupun “kampungan” tak di minati oleh para siswa andalan, toh kalau itupun ada, karena siswa itu tak di terima oleh sekolah lain.

Pernah suatu malam diadakan dialog informal antara Pembina asrama, pengurus asrama, dan warga asrama membicarakan nasib sekolah mereka yang dianggap sekolah unggulan dan favorit pada zaman dulu. Apakah setuju sekolah kesayangan ini akan buyar? Tentu saja dalam forum ada perbedaan pendapat, pro dan kontra. Akan tetapi kebanyakan para warga dan tentunya pengurus juga berpendapat bahwa mereka tak tega melihat sekolah mereka akan hilang, singkatnya, mereka tak setuju Madrasah Aliyah Keagamaan buyar. Namun komentar saya berbeda dengan suara mayoritas yang mengatakan bahwa alangkah baiknya sekolah Madrasah Aliyah Keagamaan dibuyarkan, dengan alasan “sudah tak lazim dengan persaingan dan permaian zaman dan sekolah ini hanya tempat hura-hura, mirisnya tak diikuti oleh kualitas siswa, hal ini berbeda dengan zaman dahulu sewaktu sekolah ini mencapai masa keemasan, mereka nakal, mbeling, mungkin sama juga dengan kita hura-hura, tapi mereka mempunyai bakat yang bisa diandalkan dan sudah sangat banyak prestasi yang diperoleh. Jika sekolah ini dilanjutkan, maka jangan heran tahun mendatang akan lebih banyak preman-preman dengan gelar pendidikan, namun jikalau masih ingin tetap diteruskan, harus di tingkatkan lebih dalam bidang kualitas, kedisiplinan dan ketegasan”. Para Pembina senyum kecil mendengarkan keluhan seorang santrinya.

Seperti yang ungkapan di awal, jika mempunyai bibit unggul kita tidak pandai mengolahnya, maka hasilnya akan sia-sia, apalagi bibit yang tidak unggul, yang tak layak untuk di publikasikan. Namun apabila kita bisa dan pandai mengolah bibit tersebut, baik yang unggul ataupun tidak, maka hasilnya tidak mengecewakan.

Kekurangan dalam lembaga Program Khusus ataupun adiknya, Madrasah Aliyah Keagamaan, adalah tidak adanya pengolahan pendidikan, kedisiplinan, ketegasan dll. Prilaku menyontek misalnya adalah sang pelaku dikategorikan tidak mempunyai rasa disiplin dan tanggung jawab. Jikalau yang melakukan itu adalah orang yang memang tidak berkualitas dalam segala aspek, itu sudah biasa, karena dia tidak memikirkan masa depan cemerlang. Namun jikalau pelaku adalah orang yang berkualitas tinggi, maka yang perlu di pertanyakan adalah siapa dan dimana lingkungan dia tinggal?

Tak salah harus di tuliskan kata mutiara yang keluar dari Sang Utusan Tuhan, bahwa seseorang yang bergaul dengan penjual minyak, maka orang tersebut ketularan bau minyak. Artinya, bahwa pengaruh lingkungan sangat besar pada diri seseorang, apalagi tanpa tabir yang menghalangi, tidak mempunyai filter, sangat memungkinkan bahwa orang tersebut akan terbawa arus.

Sangat di sayangkan sekali, sekolah seperti Program Khusus ataupun yuniornya, Madrasah Aliyah Keagamaan harus wafat, padahal mereka adalah putra-putra terbaik daerah. Mereka berharap dengan melanjutkan jenjang pendidikan di sekolah pencetak ulama plus, akan benar-benar menjadi ulama plus, ulama multi guna, itu yang di harapkan oleh Almarhum Bapak Munawir Sjadzali. Memang, ada lulusan dari Program Khusus maupun Madrasah Aliyah Keagamaan telah menjadi manusia berharga, namun jika di bandingkan dengan teman almamaternya, sangat jauh sekali bandingannya, 3:10, kemenangan berada di tangan yang “belum” (jika tak mau di sebutkan dengan kata “tidak”).

Sebuah harapan untuk menciptakan sekolah pencetak kader ulama plus, atau manusia berharga sangat di nantikan, karena pada saat ini, negara Indonesia sangat miskin akan gelar itu, demi mengejar ketertinggalan kereta oleh negara-negara lain.

Terakhir, perbanyak anak-anak bangsa yang mampu bekerja keras untuk memperoleh atau memproduksi hasil kekayaan alam dengan menggunakan ilmu yang di perolehnya. Saatnya kita melakukan perubahan secara besar-besaran di dunia pendidikan.

Alangkah syahdunya jika tulisan primitive ini di akhiri dengan kalimat Tuhan

“ ان الله لا يغير ما بقوم حتي يغيروا ما بأنفسهم“


[+/-] Selengkapnya...

Hitler juga baik lho....



Pada zaman ini, mendengar nama Adolf Hitler sama dengan mendengar nama penjahat kelas berat, bahkan kalau boleh diurutkan, Adolf Hitler adalah penjahat besar nomor satu di dunia, kenapa? Tak lain adalah karena dia pemimpin, pembunuh, penjagal dan seabrek predikat buruk lain yang melekat pada dirinya.

Namun, apakah Adolf Hitler tak bisa dianggap sebagai manusia yang berjasa? Atau manusia yang telah menjadikan dia sebagai Bapak yang mempunyai pengaruh di dunia ini? Pertanyaan ini mungkin bisa dianggap sebuah kejanggalan, apalagi pada zaman sekarang, bisa-bisa kita dianggap sebagai calon penjahat besar baru.

Sayang sekali, saat ini dunia dikuasai oleh musuh-musuh Hitler, tentu saja yang disebarkan adalah kehidupan sisi negatif dari seorang pemimpin besar tersebut tanpa menoleh sedikitpun segi positifnya, padahal manusia tak kan pernah luput dari dua kutub, baik dan buruk.

Adolf Hitler lahir pada tanggal 20 April 1889 di Braunau am Inn, Austria pukul setengah tujuh malam. Ayah Hitler, Alois hitelr, merupakan seorang pegawai kantor bea cukai. Pada masa kecil,

Adolf Hitler mempunyai cita-cita menjadi seorang biarawan, bahkan ia pernah mendalami dengan serius untuk menjadi seorang biarawan, namun ketika beranjak dewasa, cita-citanya berubah ingin menjadi seorang seniman dengan mencoba mendaftarkan ujian masuk salah satu perguruan di Wina, Austria, meskipun ia gagal. Perubahan cita-cita Hitler menjadi seorang seniman memang sudah terlihat dari awal, dari semua nilai mata pelajaran, hanya pelajaran seni yang memiliki nilai memuaskan. Hitler kecil juga senang bermain perang-perangan, bahkan dia sering menjadi komando dari permainan tersebut. Sungguh bakat yang sudah terlihat dari awal.

Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I membuat Hitler terpukul dan sedih, untuk itu dia bergabung dengan Partai Buruh Jerman (Deutsche Arbeiterpartei / DAP) pada bulan juli 1921, partai kecil berhaluan kanan di Munich, namun akhirnya nama partai itu diubah menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei / NSDAP) atau partai Nazi.

Dalam waktu sekejap saja, partai itu tumbuh secara pesat di bawah pimpinan Hitler dan menjadi sebuah kekuatan tersendiri selain kekuatan pemerintah waktu itu. Dengan berbekal kekuatan yang mendukung, Hitler memberanikan untuk melakukan kudeta pada bulan November 1923, namun usaha tersebut gagal, bahkan berbuntut dijebloskannya Hitler ke penjara dengan tuduhan pengkhianatan terhadap negara selama setahun.

Keadaan Jerman pada waktu itu yang dilanda krisis, membuat rakyat bosan dengan janji-janji Pemerintah dan membuat mereka tidak puas dengan partai-partai politik, keadaan ini dimanfaatkan oleh Hitler untuk merebut simpati rakyat. Usaha ini berhasil dan mengantarkan Nazi sebagai partai terkuat.

Dengan menduduki jabatan Kanselir Jerman pada bulan Januari 1933, sifat kediktatoran Hitler sudah tampak, semua oposisi dibabat habis, praktis tak ada perlawanan dari para oposisi, karena mereka menyadari akan kekuatan Hitler dengan Nazinya. Jerman yang berada dalam genggaman Hitler dengan cepat menjadi sebuah negara yang bisa bersaing dengan bangsa tetangganya, mesin mobil modern (Autos), jalan tol bebas hambatan (Autobahn), Mesin roket, Mesin Jet, Stealth Plane, kapal selam (Untersee Boot), Infra red device dan lain sebagainya merupakan usaha yang telah dilakukan oleh Jerman di bawah kekuasaan Hitler sehingga mampu membuat Negara Jerman berada dalam urutan atas di benua eropa. Salah satu sumbangan Hitler dalam dunia otomotif adalah usulannya untuk membuat kendaraan yang berharga murah dan dapat di jangkau oleh warga Jerman yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk mobil Volkswagen (VW) sampai akhirnya Hitler meraih dukungan sebagian besar penduduk Jerman karena dapat menekan angka kemiskinan dan melakukan perbaikan dalam bidang ekonomi, dampaknya bisa dirasakan oleh warga Jerman dengan berkurangnya angka pengangguran. Inilah bentuk real yang sangat di harapkan oleh seluruh rakyat di dunia dimanapun dan kapanpun.

Bahkan, sebelum Hitler berkuasa, Jerman berada dalam inflasi yang amat parah, tapi dalam penanganan yang tepat, Jerman berhasil keluar dari krisis hanya dalam kurun waktu kurang dari satu dasawarsa, tepatnya 9 tahun dan Jerman berubah menjadi sebuah negara industri yang kuat. Tak lain ini adalah pengendalian kekusaan yang professional dari seorang yang di sebut-sebut sebagai manusia kejam.

Hitler pun berbeda dengan kebiasaan orang eropa yang tiap hari selalu ditemani minuman, namun bagi Hitler tak ada kata minum dalam kehidupan sehari-hari, Hitler juga tak merokok, tak suka main perempuan, dan seorang pemimpin yang brilian dalam militer meskipun tak lepas dari sifat otoriternya, namun sifat tersebut tentunya untuk kebaikan militer Jerman yang kala itu masing-masing negara di eropa selalu menampilkan kekuatan milternya, pastinya untuk menjadi penguasa dunia.

Keputusan Hitler untuk menyerang negara eropa adalah keputusan tepat, ini karena lebih baik menyerang dulu dari pada diserang, dengan memakai taktik cepat yang dikenal dengan blitzkrieg (serangan darat, udara yang handal dan mengejut) satu persatu negara-negara eropa dicaploknya. Puncaknya pada tahun 1940, Polandia ,Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, Luxemburg, dengan mudah dapat dikalahkan, bahkan Prancis pun harus mengakui keunggulan Jerman. Inggris hampir saja menjadi santapan berikutnya, namun dengan usaha mati-matian Inggris dapat menggagalkan serangan udara Jerman yang di kenal dengan Battle of Britain. Tahun-tahun berikutnya Hitler tak kenal lelah untuk menjadi penguasa Eropa, Yunani, Yugoslavia menjadi negara yang berada di kekuasaan Hitler, bahkan dengan berani Hitler menyerang negara besar Uni Soviet meskipun tak seluruh wilayah Uni Soviet sempat didudukinya, yang lebih mencengangkan lagi dari kelakuan Hitler, meskipun masih berperang dengan Inggris dan Uni Soviet yang jelas-jelas adalah negara kuat dalam segi militer, Hitler juga menantang Amerika Serikat pada bulan desember 1941. Pada pertengahan 1942, Jerman berhasil menguasai sebagian besar eropa, bahkan Afrika Utara pun tak luput dari jangkauan Hitler, benar-benar mengukir sejarah baru yang tak ada tandingannya dari dulu sampai zaman sekarang.

Namun, tak selamanya seseorang berada di atas terus, roda pasti berputar dan berganti. Kekalahan Hitler pun datang, setelah satu persatu angkatan senjata Jerman mengalami kekalahan dalam peperangan, Hitler pun segera menikahi seorang wanita yang menjadi simpanannya bernama Eva Braun, kemudian bunuh diri bersama-sama tanggal 30 April 1945, jasadnya dibakar agar tak jatuh ke tangan musuh.

Kisah Hitler memang sangat menarik, selain kisah meyeramkan tentunya, bagaimana tidak, Hitler yang lahir di Austria dapat menguasai negara yang bukan negara aslinya, Jerman, orang yang tak punya bakat dalam berpoltik, semasa kecil hidupnya dalam kemiskinan bisa menjadi seorang penguasa Eropa hanya dalam waktu empat belas tahun dan menjadi pemimpin yang sangat di takuti oleh lawannya. Benar-benar pemimpin luar biasa yang mempunyai ambisi sangat kuat. Tak heran, kalau saya pribadi meletakkan Adolf Hitler sejajar dengan Patih Gajah Mada, tentunya dalam hal menjadi pemimpin yang berhasil menyatukan dan menguasai wilayah yang luas

Sekejam apapun sifat seseorang, namun kita tak harus meninggalkan sisi-sisi kebaikan orang tersebut, apalagi ia berjasa dalam suatu negara atau bahkan dunia. Tak boleh memvonis sepihak bahwa seseorang memiliki predikat buruk atau penjahat hanya karena perbuatannya yang telah melukai orang lain.

Sungguh sangat tepat ketika kita membuka lembaran-lembaran Al-Quran :

" يأيها الذين آمنوا لايسخر قوم من قوم عسي أن يكونوا خيرامنهم "

"ما يريد الله ليجعل عليكم من حرج "

Tak ada manusia yang tak berdosa, baik dosa secara sengaja maupun tidak sengaja, marilah kita intropeksi diri kita, agar kita selalu menjadi manusia yang tak hanya berani mengritik atau menyalahkan orang lain, namun kita juga harus mau dikritik dan disalahkan :

" وسارعوا الي مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات والأرض أعدت للمتقين "


[+/-] Selengkapnya...